1. PAMONG BELAJAR BISA BERKREASI DAN BERINOVASI
Menjadi pamong belajar tidaklah mudah. Sebab ia harus dapat menciptakan suatu metode pembelajaran yang dapat merangsang minat dan kebutuhan serta kemauan dari warga belajar untuk dapat belajar tanpa rasa malu/takut.
Pamong belajar merupakan Tenaga Pendidik (Tendik) yang ada di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB). Tugas utama dari pamong belajar adalah melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), Pengkajian Program dan Pengembangan Model Pendidikan NonFormal. Dari implementasi ketiga Tupoksi ini diharapkan pamong belajar dapat mengembangkan dan berkreasi serta menciptakan suatu inovasi baru yang dapat digunakan sebagai sarana atau media oleh tutor/tenaga lapangan bagi warga belajar. Bukan hanya dalam hal media/alat tetapi pamong belajar juga dapat menciptakan suatu model yang dapat dikembangkan.
Selama ini pamong belajar merasa bahwa menjalankan tupoksi sebagai pamong belajar itu merupakan pekerjaan yang sangat berat. Apalagi di tambah dengan jangkauan pelayanan terhadap 29 kabupaten yang luas dan tenaga pamong belajar yang terbatas, serta UPT Daerah Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yang tidak berada pada semua kabupaten.
Dari kenyataan tersebut diharapkan pamong belajar dapat menciptakan satu metode pembelajaran yang dapat merangsang minat dan kebutuhan serta kemauan dari warga belajar/peserta didik untuk dapat belajar tanpa rasa malu/takut.
Salah satu karya yang dapat dijadikan contoh/motivasi bagi teman-teman pamong belajar untuk selalu berusaha dalam keterbatasan adalah setiap tahun pamong belajar di beri kesempatan oleh Direktorat Jendral P2TK untuk mempresentasikan karya inovativ pada Lomba Apresiasi P2TK PAUD NI.
Pada tahun 2008 kami mengikuti lomba tersebut dan mempresentasikan hasil karya tulis tentang Model Pembelajaran APE Berbasis Limbah Lingkungan Bermuatan Lokal. Dari 33 provinsi yang mengikuti lomba tersebut kami berada pada urutan pertama. Sungguh merupakan kebanggaan tersendiri bahwa dari kekurangan yang ada kami tetap mampu berbuat yang terbaik.
Lokasi/alamat pelaksanaan praktik yang baik
|
:
|
Provinsi Papua.
|
Lingkup pendidikan
|
:
|
kecamatan
|
Masalah/Latar belakang – Mengapa praktik yang baik ini dianggap penting? Praktik ini dilaksanakan untuk mengatasi masalah apa?
|
:
|
Selama ini pamong belajar merasa bahwa menjalankan tupoksi sebagai pamong belajar itu sangat berat di tambah lagi dengan jangkauan pelayanan yang luas dan tenaga pamong belajar yang terbatas.
|
Tujuan praktik yang baik
|
:
|
Dapat menciptakan suatu metode pembelajaran yang dapat merangsang minat dan kebutuhan serta kemauan dari warga belajar untuk dapat belajar tanpa rasa malu/takut.
|
Penjelasan: strategi, proses/langkah kegiatan/sumber atau materi yang dibutuhkan
|
:
|
Pamong belajar merupakan Tenaga Pendidik (Tendik) yang ada di BPKB. Tugas utama pamong belajar adalah melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), Pengkajian Program dan Pengembangan Model Pendidikan Non Formal. Dari implementasi ketiga Tupoksi ini diharapkan pamong belajar dapat mengembangkan dan berkreasi serta menciptakan suatu inovasi baru yang dapat digunakan sebagai sarana atau media oleh tutor/tenaga lapangan bagi warga belajar. Bukan hanya dalam hal media/alat tapi pamong belajar juga dapat menciptakan suatu model yang dapat dikembangkan.
|
Hasil, dampak atau perubahan dari praktik yang baik
|
:
|
1. Dalam berinovasi mampu bersaing dengan pamong belajar dari provinsi lain.
3. Dapat dipakai oleh tenaga tutor di lapangan sebagai acuan pada proses belajar mengajar (PBM).
|
Informasi pelaku dan/kontributor – nama dan alamat
|
:
|
Yulia Siante, Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Provinsi Papua, Jln. Raya Kemiri Sentani Kabupaten Jayapura.
|
SUMBER :http://wapikweb.org/article/detail/pamong-belajar-harus-bisa-berkreasi-dan-berinovasi-AA-01132.php
2. Konsep
Kewirausahaan dan Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah
A. Konsep Kewirausahaan
Sampai saat ini konsep kewirausahaan masih terus berkembang. Kewirausahan
adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang
sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan
merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya,
bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan
pendapatan dalam kegiatan usahanya.
Seseorang yang memiliki karakter
wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Wirausaha adalah
orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan
tujuan untuk meningkatkan kehidupannya. Norman M. Scarborough dan Thomas W.
Zimmerer (1993:5), “An entrepreneur is one who creates a new business
in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and
growth by identifying opportunities and asembling the necessary resources to
capitalze on those opportunities”. Wirausahawan adalah orang-orang
yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis;
mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan
yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk
mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka
meraih sukses/meningkatkan pendapatan. Intinya, seorang wirausaha adalah
orang-orang yang memiliki karakter wirausaha dan mengaplikasikan hakikat
kewirausahaan dalam hidupnya. Dengan kata lain, wirausaha adalah orang-orang
yang memiliki jiwa kreativitas dan inovatif yang tinggi dalam hidupnya.
Dari beberapa konsep di atas
menunjukkan seolah-olah kewirausahaan identik dengan kemampuan para
wirausaha dalam dunia usaha (business). Padahal, dalam
kenyataannya, kewirausahaan tidak selalu identik dengan karakter
wirausaha semata, karena karakter wirausaha kemungkinan juga dimiliki oleh
seorang yang bukan wirausaha. Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan, baik
karyawan swasta maupun pemerintahan (Soeparman Soemahamidjaja, 1980). Wirausaha
adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan
mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan
perbaikan (preparation) hidup (Prawirokusumo, 1997).
Kewirausahaan (entrepreneurship)
muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide
barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan
yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha
(Suryana, 2001). Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di
pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan
berbeda agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer (1996:51), nilai tambah tersebut
dapat diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut:
1. Pengembangan teknologi baru (developing
new technology),
2. Penemuan pengetahuan baru (discovering
new knowledge),
3. Perbaikan produk (barang dan jasa)
yang sudah ada (improving existing products or services),
4. Penemuan cara-cara yang berbeda
untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang
lebih sedikit (finding different ways of providing more goods and services
with fewer resources).
Walaupun di
antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada peran pengusaha
kecil, namun sebenarnya karakter wirausaha juga dimiliki oleh
orang-orang yang berprofesi di luar wirausaha. Karakter kewirausahaan ada
pada setiap orang yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan
dan tantangan, apapun profesinya.
Dengan
demikian, ada enam hakikat pentingnya kewirausahaan, yaitu:
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai
yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak,
tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994)
2. Kewirausahaan adalah suatu nilai
yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha dan mengembangkan usaha (Soeharto
Prawiro, 1997)
3. Kewirausahaan adalah suatu proses
dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif) dan berbeda (inovatif) yang
bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.
4. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (Drucker, 1959)
5. Kewirausahaan adalah suatu proses
penerapan kreatifitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan
peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha (Zimmerer, 1996)
6. Kewirausahaan adalah usaha
menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui
cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.
Berdasarkan
keenam pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah
nilai-nilai yang membentuk karakter dan perilaku seseorang yang selalu kreatif
berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka
meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Meredith dalam Suprojo
Pusposutardjo(1999), memberikan ciri-ciri seseorang yang memiliki
karakter wirausaha sebagai orang yang (1) percaya diri, (2) berorientasi
tugas dan hasil, (3) berani mengambil risiko, (4) berjiwa kepemimpinan, (5)
berorientasi ke depan, dan (6) keorisinalan.
Jadi, untuk menjadi wirausaha yang
berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak
kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh
keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan
oleh pengetahuan dan pengalaman usaha. Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa
seseorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu
dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new
and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan
inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk
memulai usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru
(creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang (opportunity),
kemampuan dan keberanian untuk menanggung risiko (risk bearing) dan
kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu sumber daya.
B. Pendidikan Kewirausahaan di
Sekolah
Pendidikan kewirausahaan bertujuan
untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang
memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai wirausaha. Pada dasarnya,
pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan
kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan
dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor), peserta
didik secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidikan. Pendidikan
kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara mengidentifikasi
jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan
kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini, program pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat diinternalisasikan
melalui berbagai aspek.
1. Pendidikan Kewirausahaan
Terintegrasi Dalam Seluruh Mata Pelajaran
Yang dimaksud dengan pendidikan
kewirausahaan terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah
penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran sehingga
hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai,
terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke
dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik
yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada
dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai
kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk
menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi
nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya perilaku. Langkah ini dilakukan
dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran di
seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini bisa
dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun
melalui sistem penilaian.
Dalam
pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak nilai yang dapat
ditanamkan pada peserta didik. Apabila semua nilai-nilai kewirausahaan tersebut
harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata pelajaran, maka
penanaman nilai tersebut menjadi sangat berat. Oleh karena itu penanaman nilai
nilai kewirausahaan dilakukan secara bertahap dengan cara memilih sejumlah
nilai pokok sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya.
Selanjutnya nilai-nilai pokok tersebut diintegrasikan pada semua mata
pelajaran. Dengan demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman
nilai-nilai pokok tertentu yang paling dekat dengan karakteristik mata
pelajaran yang bersangkutan. Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang
diintegrasikan ke semua mata pelajaran pada langkah awal ada 6 (enam)
nilai pokok yaitu: mandiri, kreatif pengambil resiko, kepemimpinan, orientasi
pada tindakan dan kerja keras.
Integrasi
pendidikan kewirausahaan di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran.
Pada tahap perencanaan, silabus dan RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan
pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan.
Cara menyusun silabus yang terintegrsi nilai-nilai kewirausahaan dilakukan
dengan mengadaptasi silabus yang telah ada dengan menambahkan satu kolom dalam
silabus untuk mewadahi nilai-nilai kewirausahaan yang akan diintegrasikan.
Sedangkan cara menyususn RPP yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan
dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP yang sudah ada dengan menambahkan pana
materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai
kewirausahaan.
Prinsip
pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan
mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan
sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya
melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan
selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip
ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat.
Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.
Pengintegrasian
nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat dilakukan melalui
langkah-langkah berikut:
·
Mengkaji SK
dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan sudah tercakup
didalamnya.
·
Mencantumkan
nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam SKdan KD kedalam
silabus.
·
Mengembangkan
langkah pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik
memiliki kesempatan melakukan integrasi nilai dan menunjukkannya dalam
perilaku.
·
Memasukan
langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan ke dalam
RPP.
2. Pendidikan Kewirausahaan yang
Terpadu Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan
Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan
pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan
dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah
berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya
kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri,
keluarga dan masyarakat. Misi ekstra kurikuler adalah (1) menyediakan sejumlah
kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan
kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan
mandiri dan atau kelompok.
3. Pendidikan Kewirausahaan Melalui
Pengembangan Diri
Pengembangan
diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian
integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan
upaya pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta
didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan
masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir,
serta kegiatan ekstra kurikuler.
Pengembangan
diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan kompetensi dan
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Pengembangan diri
bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi
dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.
Pengembangan diri secara khusus
bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan: bakat, minat,
kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan
keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir,
kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian. Pengembangan diri meliputi
kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan
secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh
pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua
peserta didik. Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan
pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam
kegiatan sehari-hari sekolah misalnya kegiatan ‘business day’(bazar,
karya peserta didik, dll)
4. Perubahan
Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan dari Teori ke Praktik
Dengan cara ini, pembelajaran
kewirausahaan diarahkan pada pencapaian tiga kompetansi yang meliputi penanaman
karakter wirausaha, pemahaman konsep dan skill, dengan bobot yang lebih besar
pada pencapaian kompetensi jiwa dan skill dibandingkan dengan pemahaman konsep.
Dalam struktur kurikulum SMA, pada mata pelajaran ekonomi ada beberapa
Kompetensi Dasar yang terkait langsung dengan pengembangan pendidikan
kewirausahaan. Mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara
langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai taraf
tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai
tersebut. Salah satu contoh model pembelajaran kewirausahaan yang mampu
menumbuhkan karakter dan perilaku wirausaha dapat dilakukan dengan cara
mendirikan kantin kejujuran, dsb.
5. Pengintegrasian Pendidikan
Kewirausahaan ke dalam Bahan/Buku Ajar
Bahan/buku ajar merupakan komponen
pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi
pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata
mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task)
yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang
berarti. Penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan dapat dilakukan ke dalam
bahan ajar baik dalam pemaparan materi, tugas maupun evaluasi.
6. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan
melalui Kutur Sekolah
Budaya/kultur
sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik berinteraksi
dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai
administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat sekolah.
Pengembangan
nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan dalam budaya sekolah mencakup
kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga
administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan mengunakan fasilitas
sekolah, seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, komitmen dan budaya
berwirausaha di lingkungan sekolah (seluruh warga sekolah melakukan aktivitas
berwirausaha di lingkungan sekolah).
7. Pengintegrasian Pendidikan
Kewirausahaan melalui Muatan Lokal
Mata
pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan
kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu
mata pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik budaya lokal,
keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan
sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu membekali peserta didik dengan
keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal dalam kehidupan sehingga dapat
menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak yang berada di ingkungan
sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi lokal sebagai peluang untuk
mengelola menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yang kemudian diharapkan
anak mampu menjual dalam rangka untuk memperoleh pendapatan.
Integrasi
pendidikan kewirausahaan di dalam mulok, hampir sama dengan integrasi
pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam mata pelajaran dilaksanakan
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua
mata pelajaran. Pada tahap perencanaan ini, RPP dirancang agar muatan maupun
kegiatan pembelajarannya MULOK memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai
kewirausahaan. Cara menyusun RPP MULOK yang terintegrasi dengan nilai-nilai
kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP MULOK yang sudah ada
dengan menambahkan pada materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian
dengan nilai-nilai kewirausahaan. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam
pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal
dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung
jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai
pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai
dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui proses
berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait
dengan nilai-nilai kewirausahaan.
===========
Sumber:
Adaptasi dan disarikan dari:
Pusat Kurikulum Balitbang
Kemendiknas. 2010. Pengenbangan Pendidikan Kewirausahaan;Bahan
Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai
Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta.
SUMBER : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/06/29/konsep-kewirausahaan-dan-pendidikan-kewirausahaan/
3. SEKOLAH TERBUKA UNTUK ANAK JALANAN
Sekolah gratis yang berada di bawah naungan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) berlokasi di halaman Masjid Al-Muttaqien Teminal Depok dan dikelola oleh Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM), sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, bakti sosial, dakwah, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Sekolah gratis yang berada di bawah naungan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) berlokasi di halaman Masjid Al-Muttaqien Teminal Depok dan dikelola oleh Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM), sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, bakti sosial, dakwah, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“PKBM YABIM adalah program yang concern terhadap pendidikan dan pembinaan kaum marginal seperti anak jalanan, pengamen, pengasong, pemulung, yatim dan dhuafa. Jadi PKBM ini solusi untuk mencerdaskan masyarakat tidak mampu,” ujar Nurrohim, pendiri YABIM yang juga ketua PKBM. Nurrohim mengatakan bahwa PKBM memiliki visi membentuk masyarakat yang cerdas, mandiri, kreatif dan berakhlak mulia sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. “Tujuan itu diwujudkan dengan pendidikan gratis berkualitas, pengembangan kemandirian melalui life skill dan pembinaan mental spiritual yang berkesinambungan.
PKBM YABIM memiliki Program Pendidikan Usia Dini (PAUD) untuk usia 3-5 tahun, Program Sekolah Dasar (Paket A), Program Paket B (setara SMP), program Paket C (setara SMA), SMP-SMA terbuka, program Keaksaraan Fungsional (pemberantasan buta latin dan arab), serta pelatihan life skill yang diharapkan mampu membentuk individu terampil. Pelatihan life skill bekerja sama dengan sejumlah lembaga, seperti kursus menjahit atau kursus komputer Fakultas Ilmu Komputer UI. Siswa sekolah terbuka berstatus sebagai siswa SMP 5 dan SMA 10 Sawangan Depok. Namun, mereka tidak belajar di sekolah induknya itu, melainkan di PKBM ini. Pelaksanaan ujian program kesetaraan paket A, B, dan C diadakan oleh Dinas Pendidikan Depok dan pelaksanaan ujian program SMP dan SMA terbuka diselenggarakan oleh sekolah induk.
Serba minim
PKBM YABIM memiliki sekitar 2000 siswa yang berasal dari masyarakat tidak mampu sekitar Depok dan anak-anak jalanan dari Depok, Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Bogor. Di PKBM, sebagian besar siswanya belajar tanpa menggunakan seragam sekolah. Kondisi lima ruang kelasnya pun hanya beratapkan seng. Bahkan terdapat dua kelas yang tidak berdinding. Jam belajar di PKBM YABIM berbeda dengan sekolah pada umumnya. Siswa TK, SD, dan SMP Putri belajar pukul 08.00-12.00 dan siswa SMP Putra dan SMA belajar pukul 13.00-17.00 dan pukul 20.00-22.00. Materi yang diajarkan di sekolah yang pada tahun 2008 ini menerima sekitar 500 siswa ini tidak kalah dengan sekolah formal. Sekolah ini mengacu pada kurikulum pendidikan nasional serta standar nasional.
Mayoritas pengajar PKBM YABIM adalah relawan sosial. Jumlahnya sekitar 60 orang, terdiri dari relawan tetap dan guru tamu. Banyak pula relawan dari kalangan mahasiswa. “Mereka (mahasiswa) cukup antusias untuk bergabung, baik dari organisasi mahasiswa maupun secara personal. Idealnya, siswa sekolah terbuka diajar oleh guru dari sekolah induknya. Namun kenyataannya guru bina (guru yang mengajar siswa sekolah terbuka tidak mau datang ke PKBM ini. Namun karena keterbatasan dana, jadi bisa blajar seperti ini yang sangat apa adanya sekali.
SUMBER : http://library-teguh.blogspot.com/2009/12/sekolah-terbuka-untuk-anak-jalanan.html
SUMBER : http://library-teguh.blogspot.com/2009/12/sekolah-terbuka-untuk-anak-jalanan.html