BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kesadaran akan adanya
perubahan lingkungan dan keinginan untuk maju biasanya menyebabkan munculnya
motivasi baru untuk memecahkan masalah. Namun motivasi ini tidak akan ada
gunanya jika tidak ada “kendaraan” yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
dari perubahan itu sendiri. “Kendaraan” yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan perubahan merupakan pilihan dan kesempatan yang harus ditentukan
(diputuskan untuk dipilih). Pemilihan “kendaraan” sebagai suatu keputusan harus
ditentukan berdasarkan pertimbangan yang matang dan memerlukan waktu. Kendaraan
tersebut adalah ‘inovasi’. Pada umumnya masyarakat yang normal tidak begitu
saja membuat keputusan untuk mengadopsi suatu ide inovasi baru hanya dari
mendengar saja, melainkan melalui suatu proses dan waktu, sehingga dirasakan
bahwa ide tersebut (sebagai suatu kendaraan mencapai tujuan) memang dibutuhkan
oleh individu/masyarakat/perusahaan.
Salah satu jalan
perubahan dalam kehidupan masyarakat dalam perkenmbangan teknologi adalah
dengan melalui inovasi. Inovasi tidak dapat berjalan secara parsial, dia harus
merupakan kolaborasi antar aktor yang saling berinteraksi dalam suatu sistem
atau sering disebut sebagai sistem inovasi yaitu suatu kesatuan dari sehimpunan aktor, kelembagaan,
hubungan interaksi dan proses produktif yang mempengaruhi arah perkembangan dan
kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan praktek baik/terbaik)
serta proses pembelajaran (Taufik, 2005). Inti dari sistem inovasi adalah
jaringan atau Network. Memperhatikan pentingnya jejaring dalam sistem inovasi,
maka dalam rangka pengembangan daya saing melalui sistem inovasi daerah
diperlukan penumbuhkembangan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi
inovasi, praktek baik dan atau hasil litbang. Untuk dapat melakukan tujuan
tersebut diperlukan pemetaan jaringan inovasi sebagai langkah awal untuk
mengidentifikasi aktor-aktor jaringan, tingkat kapasitas dan perannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian adopsi dan inovasi?
2. Apa saja sifat-sifat kecepatan adopsi
dan inovasi?
3. Apa saja aspek-aspek kecepatan adopsi inovasi?
4. Bagaimana karakteristik inovasi?
5. Apa pengertian tipe keputusan inovasi?
6. Bagaimana pengaruh saluran-saluran komunikasi terhadap
kecepatan adopsi inovasi?
7.
Bagaimana pengaruh kondisi sistem sosial dan peran norma dalam difusi
inovasi?
8. Bagaimana upaya promosi
perluasan agen-agen perubahan untuk difusi inovasi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian adopsi
dan inovasi.
2. Untuk mengetahui sifat-sifat kecepatan adopsi
dan inovasi.
3. Untuk mengetahui aspek-aspek kecepatan adopsi inovasi.
4. Untuk mengetahui karakteristik
inovasi.
5. Untuk mengetahui tipe
keputusan inovasi.
6. Untuk mengetahui pengaruh
saluran-saluran komunikasi terhadap kecepatan adopsi inovasi.
7. Untuk mengetahui kondisi sistem sosial dan peran norma dalam difusi inovasi.
8. Untuk mengetahui upaya promosi perluasan agen-agen perubahan untuk difusi inovasi.
BAB II
2.1 Pengertian Adopsi dan Inovasi
Adopsi dalam proses penyuluhan pada hakekatnya dapat
diartikan sebagai proses perubahan perilaku lain yang berupa: pengetahuan (cognitive),
sikap (affective), maupun keterampilan (psycho-motoric) pada diri seseorang setelah
menerima “inovasi“ yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Penerimaan inovasi
tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang
lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan: sikap, pengetahuan dan atau ketrampilannya
(Mardikanto, 1996:104).
Inovasi adalah sebuah proses pembaruan dalam unsur
kebudayaan masyarakat, yakni teknologi. Inovasi berarti penemuan baru dalam
teknologi manusia.
2.2 Sifat-Sifat Kecepatan Adopsi Inovasi
Sifat-sifat kecepatan adopsi inovasi adalah sebagai
berikut :
1. Keuntungan –
keuntungan relatif (relative advantages), yaitu apakah cara – cara
atau gagasan baru ini memberikan sesuatu keuntungan relatif bagi mereka yang
kelak menerimanya. Hal
ini digunakan oleh si inovator untuk menciptakan ide atau bentuk inovasi nyata
degan memikirkan apakah inovasi yang diciptakan berguna secara berkala yang
dapat terus berlanjut bagi masyarakat dalam menggunakannya.
2. Keserasian
(compatibility); yaitu apakah inovasi yang hendak di difusikan itu serasi
dengan nilai – nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu
diperkenalkan sebelumnya, kebutuhan, selera, adat – istiadat dan sebagainya
dari masyarakat yang bersangkutan. Sebuah inovasi yang diciptakan tidak serta merta diciptakan secara
langsung, tapi dipikirkan terlebih dahulu bagaimana inovasi tersebut dapat
diterima oleh masyarakat dengan upaya menserasikan inovasi tersebut dengan apa
saja bentuk nilai dan sebagainya yang sudah ada di masyarakat sehingga tidak
ada ketidakserasian jika sebuah inovasi telah siap dipublikasikan.
3. Kerumitan
(complexity); yakni apakah inovasi tersebut dirasakan rumit. Pada umumnya
masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal-hal yang rumit, sebab selain
sukar untuk dipahami, juga cenderung dirasakan merupakan tambahan beban yang
baru. Sudah jelas
disini dikatakan bahwa hal hal baru yang akan dipublikasikan harus mudah
digunkan karena umumnya masyarakat akan menjadi pengguna dengan melihat tingkat
kerumitan sebuah inovasi, biasanya jika inovasi yang dipublikasikan mudah
digunakan maka masyarakat akan banyak mengadopsi inovasi tersebut. Setidaknya,
sebuah inovasi harus memiliki tingkat guna yang besar dan mudah digunakan oleh
masyarakat.
4. Dapat dicobakan
(trialability); yakni bahwa sesuatu inovasi akan lebih cepat diterima, bila
dapat dicobakan dulu dalam ukuran kecil sebelum orang terlanjur menerimanya
secara menyeluruh.
Sebaiknya sebuah inovasi dapat di cobakan terlebih dahulu sebab tingkat
kepercayaan masyarakat atau calon pengguna inovasi pasti mempertimbangkan
inovasi yang baru dikenalnya, jika inovasi tersebut telah dicobakan dan
berhasil maka hal tersebut mampu memberikan dampak positif yaitu ketertarikan
yang lebih besar untuk masyarakat.
5. Dapat dilihat
(observability); jika suatu inovasi dapat disaksikan dengan mata, dapat
terlihat langsung hasilnya, maka orang akan lebih mudah untuk mempertimbangkan
untuk menerimanya, ketimbang bila inovasi itu berupa sesuatu yang abstrak, yang
hanya dapat diwujudkan dalam pikiran, atau hanya dapat dibayangkan. Hasil nyata
sebuah inovasi merupakan bukti yang jelas terlihat oleh mata merupakan bentuk
inovasi yang dapat dipertimbangkan untuk diterima daripada ide-ide yang tidak
dapat diwujudkan.
Jadi,
dalam kelima sifat ini sudah dijelaskan bagaimana inovasi dapat diterima oleh
masyarakat agar sebuah inovasi dapat mendukung memenuhi kebutuhan yang
sebelumnya ada menjadi tidak ada atau yang sebelumnya tidak memberikan banyak
manfaat menjadi sangat bermanfaat.
2.3 Aspek-aspek Kecepatan
Adopsi Inovasi
Adapun beberapa aspek-aspek kecepatan adopsi inovasiyakni :
a. Relative advantage (keunggulan relatif), apakah inovasi
yang diintroduksikan memberikan manfaat kepada adoptersyang diukur tidak
hanya pada aspek teknis dan ekonomis, juga dikaitkan dengan social prestige,
kenyamanan (convenience) dan kepuasan (satisfaction).
b. Compatibility (kesesuaian) adalah tingkat keserasian dari suatu inovasi apakah
inovasi tersebut konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman sebelumnya
dan kebutuhan adopter. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan
norma-norma adopter akan sulit diadopsi atau Jika inovasi berlawanan atau tidak
sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh adopter maka inovasi baru
tersebut tidak dapat diadopsi dengan mudah oleh adopter.
c. Complexity (kerumitan), berkaitan dengan tingkat kesulitan hasil inovasi untuk dipahami dan
digunakan oleh individu atau masyarakat/dunia industri. Inovasi yang kompleks
relatif lebih sulit diadopsi,inovasi yang relatif lebih sederhana akan lebih
mudah diadopsi.
d. Trialability atau
triabilitas (ketercobaan/dapat diuji coba), merupakan tingkat apakah suatu inovasi dapat dicoba terlebih dahulu
atau harus terikat untuk menggunakannya. Suatu inovasi dapat diuji cobakan pada
keadaan sesungguhnya, inovasi pada umumnya lebih cepat diadopsi. Untuk lebih
mempercepat proses adopsi, maka suatu inovasi harus mampu menunjukkan
keunggulannya, sejauh mana inovasi dapat dicoba dan diuji dalam skala kecil,
inovasi yang trialable akan mengurangi keraguan untuk mempelajari dan
kemudian mempertimbangkan untuk mengadopsinya.
e. Observability (keteramatan), adalah tingkat bagaimana
hasil penggunaan suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Semakin mudah
seseorang melihat hasil suatu inovasi, semakin besar kemungkinan inovasi
diadopsi oleh orang atau sekelompok orang. Mudah dilihat atau diamati secara
fisik relatif akan memudahkan dalam menstimulasi individu atau masyarakat untuk
mengadopsinya.
Berikut beberapa
faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi :
Menurut Rogers
(1983), tingkat adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,
yaitu : atribut/karakteristik inovasi (keuntungan relatif, kompatibilitas,
kompleksitas, trialabilitas, observabilitas/dapat diamati), Jenis keputusan
inovasi, saluran komunikasi (media massa atau interpersonal), sifat dasar
sistem sosial (norma, sifat saling keterhubungan individu), upaya promosi agen
perubahan.
2.4 Atribut atau Karakteristik Inovasi
Cepat
lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh
karakteristik inovasi itu sendiri.Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh
Zaltman, Duncan, dan Holbek bahwa cepat lambatnya suatu inovasi diterima dan
diikuti oleh masyarkat tergantung pada atribut atau karakteristik inovasi
tersebut.
Atribut
atau karakteristik inovasi adalah salah satu hal yang penting dalam menjelaskan
tingkat adopsi suatu inovasi. Dari 49 hingga 87 persen dari variasi dalam
tingkat adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh lima atribut/karakteristik inovasi,
yaitu keuntungan relatif,kompatibilitas, kompleksitas, trialabilitas, observabilitas.
2.5 Tipe Keputusan Inovasi
Suatu
inovasi yang diadopsi secara individual secara umum diadopsi lebih cepat dari
pada suatu inovasi yang diadopsi oleh suatu kelompok. Semakin banyak orang yang
terlibat dalam pembuatan keputusan nuntuk mengadopsi suatu inovasi maka tingkat
adopsi akan semakin lambat. Artinya, kecepatan tingkat adopsi inovasi dalam
rangka untuk membuat sebuah keputusan inovasi tergantung semakin sedikitnya
individu yang terlibat.
2.6 Saluran-Saluran
Komunikasi
Saluran
komunikasi merupakan suatu ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari
sumber kepada penerima.Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling
tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b)
karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu
inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi
yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi
dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka
saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.
Saluran-saluran
Komunikasi biasanya digunakan untuk mendifusikan suatu inovasi, juga dapat
mempengaruhi tingkat adopsi inovasi. Contohnya jika saluran interpersonal
(dibandingkan saluran media massa) menciptakan kesadaran ilmu pengetahuan,
sebagaimana seringkali terjadi pada pengadopsi selanjutnya, tingkat adopsi
mereka terjadi secara lambat.
Jika
sebuah saluran komunikasi yang tidak pantas digunakan, melalui seperti media
massa untuk ide-ide baru yang rumit/kompleks/sulit dipahami, hal ini akan
mengakibatkan tingkat adopsi yang rendah.
2.7 Kondisi Sistem
Sosial dan Peran Norma dalam Difusi Inovasi
Sistem
sosial merupakan berbagai unit yang saling berhubungan satu sama lain dalam
tatanan masyarakat, dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Beberapa hal yang
dikelompokkan sebagai bagian atau unit dalam sistem sosial kemasyarakatan
antara lain meliputi : individu anggota masyarakat, tokoh masyarakat, pemimpin
formal, kiai, kelompok tertentu dalam masyarakat. Kesemuanya secara nyata, baik
langsung ataupun tak langsung mempengaruhi dalam proses difusi inovasi yang
dilakukan.
Skema
variable tingkat adopsi inovasi di atas menunjukkan sifat dasar sistem sosial,
seperti norma-norma masyarakat atau suatu sistem dan tingkat di mana struktur
jaringan komunikasi saling berhubungan erat, juga mempengaruhi tingkat adopsi
inovasi.
Norma
merupakan hal yang penting dalam proses difusi inovasi. Lebih jauh dalam
kaitannya dengan sistem sosial, norma yang dianut oleh masyarakat dapat
dipandang sebagai pengikat dan pengukuh pola prilaku masyarakat yang
bersangkutan sesuai dengan kaidah sistem sosial yang berlaku.
Dalam
kadar tertentu norma yang dianut juga dapat dipandang sebagai standar dari
suatu tatanan prilaku masyarakat yang diianut. Norma itu sendiri bisa bercirian
budaya lokal, bernafas keagamaan, ataupun ciri khusus suatu masyartakat
tertentu, yang memberi warna tersendiri terhadap sosial budaya masyarakat yang
bersengkutan. Namun demikian, di sisi lain norma suatu sistem juga bisa
berperan sebagai pengahalang atau barrirers suatu perubahan. Banyak contoh
kasus inovasi yang terganggu atau mengalami daya tolak masyarakat (resistensi)
karena faktor norma sosial yang dianut oleh masyarakat. Misal, di beberapa
provinsi di India, banyak sapi peliharaan yang dianaggap suci sehingga tabu
bagi masyarakat untuk menyembelihnya, padahal masyarakat yang bersangkutan
umumnya rawan gizi daan rawan protein hewani. Inovasi yang dilakukan termasuk
perubahan di bidang pendidikan, direncanakan dan diorganisasikan sedemikian
rupa sesuai dengansocial system yang dianut. Yang dimaksud dengan sistem sosial
dalam pendidikan misalnya : lembaga sekolah (dasar, menengah, dan pendidikan
tinggi), masyarakat pendidikan, malahan mungkin menjamah sistem organisasi yang
lebih luas lagi yang berkaitan langsung dengan layanan pendidikan seperti :
Dewan Pendidikan di tingkat kabupaten/kota, dewan sekolah, organisasi profesi
guru PGRI, dan sebagainya.
2.8 Upaya Promosi
Perluasan Agen-Agen Perubahan
Dalam
sistem sosial, salah satu komponen penting adalah pemimpin pendapat (opinion
leaders) dan agen perubahan. Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa difusi
inovasi yang pada dasarnya sebagai penyebarluasan dari gagasan inovasi tersebut
melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan mengunakan saluran
tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu di antara anggota sistem sosial masyarakat.
Oleh karena sistem sosial merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi, maka
proses difusi inovasi tak senantiasa berjalan mulus, karena
perbedaan latar belakang dan sistem sosial yang berlaku. Sering peran
pemimpi pendapat (opinion leaders) sangat berpengaruh pada prilaku
individu.
Pemimpin
pendapat adalah suatu tingkat dimana seorang individu dapat
mempengaruhi individu yang lainnya atau mengatur prilaku individu lainnya
secara tidak formal ke arah kondisi yang diharapkan, sesuai dengan norma yang
berlaku. Sedangkan agen perubahan (change agent)merupakan individu
yang bisa mempengaruhi pengambilan inovasi klien ke arah yang diharapkan
para agent perubahan.
BAB III
KESIMPULAN
Adaptasi
yang cepat dalam
penerapan dan pengembangan teknologi memiliki karakteristik berupa tingkat
penggunaan yang mudah, tingkat penerapan yang
tinggi dan aplikatif. Pengguna yang masuk kategori adopter cepat
memiliki persepsi yang tinggi terhadap karakteristik inovasi keuntungan relatif
dan observabilitas serta memiliki persepsi yang rendah terhadap karakteristik
inovasi kompleksitas.
Status sosial ekonomi seperti
dari pendidikan formal, tingkat pendapatan juga menjadi salah satu factor
pengukur kecepatan adopsi pengguna/masyarakat dalam menerapkan teknologi dalam
kehidupan. Persepsi mengenai sifat-sifat inovasi yang terdiri dari Keuntungan,
kesesuaian, keteramatan dalam suatu teknologi menjadi kunci atau penunjang lain
teknologi menjadi mudah dan cepat diterapkan dalam kehidupan. Banyaknya akses
atau sumber informasi yang dimanfaatkan bisa menjadi jendela bagi pengguna atau
masyarakat dalam mengetahui dan mengembangkan kembali teknologi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Sulaeman, Atang /Muchdie, dkk, 2005, Difusi Teknologi, Teori,
Pendekatan, dan Pengalaman, PPKDT-BPPT: Jakarta
Taufik, A, Tatang, Sistem Inovasi Daerah, BPPT Press,
Jakarta.
Borgata Hotel Casino & Spa Announces $330M Expansion
BalasHapusBorgata Hotel 제주 출장마사지 Casino & Spa Announces 춘천 출장샵 $330M Expansion; “MGM 김천 출장마사지 to Expand Its 서산 출장샵 Casino In Atlantic City and Atlantic City 대구광역 출장마사지 With Borgata Hotel Casino & Spa.