Jumat, 29 November 2013

KONSEP DIFUSI INOVASI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Kesadaran akan adanya perubahan lingkungan dan keinginan untuk maju biasanya menyebabkan munculnya motivasi baru untuk memecahkan masalah. Namun motivasi ini tidak akan ada gunanya jika tidak ada “kendaraan” yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dari perubahan itu sendiri. “Kendaraan” yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan perubahan merupakan pilihan dan kesempatan yang harus ditentukan (diputuskan untuk dipilih). Pemilihan “kendaraan” sebagai suatu keputusan harus ditentukan berdasarkan pertimbangan yang matang dan memerlukan waktu. Kendaraan tersebut adalah ‘inovasi’. Pada umumnya masyarakat yang normal tidak begitu saja membuat keputusan untuk mengadopsi suatu ide inovasi baru hanya dari mendengar saja, melainkan melalui suatu proses dan waktu, sehingga dirasakan bahwa ide tersebut (sebagai suatu kendaraan mencapai tujuan) memang dibutuhkan oleh individu/masyarakat/perusahaan.
Salah satu jalan perubahan dalam kehidupan masyarakat dalam perkenmbangan teknologi adalah dengan melalui inovasi. Inovasi tidak dapat berjalan secara parsial, dia harus merupakan kolaborasi antar aktor yang saling berinteraksi dalam suatu sistem atau sering disebut sebagai sistem inovasi yaitu suatu kesatuan dari sehimpunan aktor, kelembagaan, hubungan interaksi dan proses produktif yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan praktek baik/terbaik) serta proses pembelajaran (Taufik, 2005). Inti dari sistem inovasi adalah jaringan atau Network. Memperhatikan pentingnya jejaring dalam sistem inovasi, maka dalam rangka pengembangan daya saing melalui sistem inovasi daerah diperlukan penumbuhkembangan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktek baik dan atau hasil litbang. Untuk dapat melakukan tujuan tersebut diperlukan pemetaan jaringan inovasi sebagai langkah awal untuk mengidentifikasi aktor-aktor jaringan, tingkat kapasitas dan perannya.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian adopsi dan inovasi?
2.      Apa saja sifat-sifat kecepatan adopsi dan inovasi?
3.      Apa saja aspek-aspek kecepatan adopsi inovasi?
4.      Bagaimana karakteristik inovasi?
5.      Apa pengertian tipe keputusan inovasi?
6.      Bagaimana pengaruh saluran-saluran komunikasi terhadap kecepatan adopsi inovasi?
7.      Bagaimana pengaruh kondisi sistem sosial dan peran norma dalam difusi inovasi?
8.      Bagaimana upaya promosi perluasan agen-agen perubahan untuk difusi inovasi?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian adopsi dan inovasi.
2.      Untuk mengetahui sifat-sifat kecepatan adopsi dan inovasi.
3.      Untuk mengetahui aspek-aspek kecepatan adopsi inovasi.
4.      Untuk mengetahui karakteristik inovasi.
5.      Untuk mengetahui tipe keputusan inovasi.
6.      Untuk mengetahui pengaruh saluran-saluran komunikasi terhadap kecepatan adopsi inovasi.
7.      Untuk mengetahui kondisi sistem sosial dan peran norma dalam difusi inovasi.
8.      Untuk mengetahui upaya promosi perluasan agen-agen perubahan untuk difusi inovasi.

BAB II
2.1 Pengertian Adopsi dan Inovasi
Adopsi dalam proses penyuluhan pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku lain yang berupa: pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psycho-motoric) pada diri seseorang setelah menerima “inovasi“ yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan: sikap, pengetahuan dan atau ketrampilannya (Mardikanto, 1996:104).
Inovasi adalah sebuah proses pembaruan dalam unsur kebudayaan masyarakat, yakni teknologi. Inovasi berarti penemuan baru dalam teknologi manusia.

2.2 Sifat-Sifat Kecepatan Adopsi Inovasi

Sifat-sifat kecepatan adopsi inovasi adalah sebagai berikut :
1.      Keuntungan – keuntungan relatif (relative advantages),  yaitu apakah cara – cara atau gagasan baru ini memberikan sesuatu keuntungan relatif bagi mereka yang kelak menerimanya. Hal ini digunakan oleh si inovator untuk menciptakan ide atau bentuk inovasi nyata degan memikirkan apakah inovasi yang diciptakan berguna secara berkala yang dapat terus berlanjut bagi masyarakat dalam menggunakannya.
2.      Keserasian (compatibility); yaitu apakah inovasi yang hendak di difusikan itu serasi dengan nilai – nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan sebelumnya, kebutuhan, selera, adat – istiadat dan sebagainya dari masyarakat yang bersangkutan. Sebuah inovasi yang diciptakan tidak serta merta diciptakan secara langsung, tapi dipikirkan terlebih dahulu bagaimana inovasi tersebut dapat diterima oleh masyarakat dengan upaya menserasikan inovasi tersebut dengan apa saja bentuk nilai dan sebagainya yang sudah ada di masyarakat sehingga tidak ada ketidakserasian jika sebuah inovasi telah siap dipublikasikan.
3.      Kerumitan (complexity); yakni apakah inovasi tersebut dirasakan rumit. Pada umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal-hal yang rumit, sebab selain sukar untuk dipahami, juga cenderung dirasakan merupakan tambahan beban yang baru. Sudah jelas disini dikatakan bahwa hal hal baru yang akan dipublikasikan harus mudah digunkan karena umumnya masyarakat akan menjadi pengguna dengan melihat tingkat kerumitan sebuah inovasi, biasanya jika inovasi yang dipublikasikan mudah digunakan maka masyarakat akan banyak mengadopsi inovasi tersebut. Setidaknya, sebuah inovasi harus memiliki tingkat guna yang besar dan mudah digunakan oleh masyarakat.
4.      Dapat dicobakan (trialability); yakni bahwa sesuatu inovasi akan lebih cepat diterima, bila dapat dicobakan dulu dalam ukuran kecil sebelum orang terlanjur menerimanya secara menyeluruh. Sebaiknya sebuah inovasi dapat di cobakan terlebih dahulu sebab tingkat kepercayaan masyarakat atau calon pengguna inovasi pasti mempertimbangkan inovasi yang baru dikenalnya, jika inovasi tersebut telah dicobakan dan berhasil maka hal tersebut mampu memberikan dampak positif yaitu ketertarikan yang lebih besar untuk masyarakat.
5.      Dapat dilihat (observability); jika suatu inovasi dapat disaksikan dengan mata, dapat terlihat langsung hasilnya, maka orang akan lebih mudah untuk mempertimbangkan untuk menerimanya, ketimbang bila inovasi itu berupa sesuatu yang abstrak, yang hanya dapat diwujudkan dalam pikiran, atau hanya dapat dibayangkan. Hasil nyata sebuah inovasi merupakan bukti yang jelas terlihat oleh mata merupakan bentuk inovasi yang dapat dipertimbangkan untuk diterima daripada ide-ide yang tidak dapat diwujudkan.
Jadi, dalam kelima sifat ini sudah dijelaskan bagaimana inovasi dapat diterima oleh masyarakat agar sebuah inovasi dapat mendukung memenuhi kebutuhan yang sebelumnya ada menjadi tidak ada atau yang sebelumnya tidak memberikan banyak manfaat menjadi sangat bermanfaat.
2.3 Aspek-aspek Kecepatan Adopsi Inovasi
Adapun beberapa aspek-aspek kecepatan adopsi inovasiyakni :
a.       Relative advantage (keunggulan relatif), apakah inovasi yang diintroduksikan memberikan manfaat kepada adoptersyang diukur tidak hanya pada aspek teknis dan ekonomis, juga dikaitkan dengan social prestige, kenyamanan (convenience) dan kepuasan (satisfaction).
b.      Compatibility (kesesuaian) adalah  tingkat keserasian dari suatu inovasi apakah inovasi tersebut konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman sebelumnya dan kebutuhan adopter. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma adopter akan sulit diadopsi atau Jika inovasi berlawanan atau tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh adopter maka inovasi baru tersebut tidak dapat diadopsi dengan mudah oleh adopter.
c.       Complexity (kerumitan), berkaitan dengan tingkat kesulitan hasil inovasi untuk dipahami dan digunakan oleh individu atau masyarakat/dunia industri. Inovasi yang kompleks relatif lebih sulit diadopsi,inovasi yang relatif lebih sederhana akan lebih mudah diadopsi.
d.      Trialability atau triabilitas (ketercobaan/dapat diuji coba), merupakan tingkat apakah suatu inovasi dapat dicoba terlebih dahulu atau harus terikat untuk menggunakannya. Suatu inovasi dapat diuji cobakan pada keadaan sesungguhnya, inovasi pada umumnya lebih cepat diadopsi. Untuk lebih mempercepat proses adopsi, maka suatu inovasi harus mampu menunjukkan keunggulannya, sejauh mana inovasi dapat dicoba dan diuji dalam skala kecil, inovasi yang trialable akan mengurangi keraguan untuk mempelajari dan kemudian mempertimbangkan untuk mengadopsinya.
e.       Observability (keteramatan), adalah tingkat bagaimana hasil penggunaan suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil suatu inovasi, semakin besar kemungkinan inovasi diadopsi oleh orang atau sekelompok orang. Mudah dilihat atau diamati secara fisik relatif akan memudahkan dalam menstimulasi individu atau masyarakat untuk mengadopsinya.
            Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi :
            Menurut Rogers (1983), tingkat adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, yaitu : atribut/karakteristik inovasi (keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas, trialabilitas, observabilitas/dapat diamati), Jenis keputusan inovasi, saluran komunikasi (media massa atau interpersonal), sifat dasar sistem sosial (norma, sifat saling keterhubungan individu), upaya promosi agen perubahan.

2.4 Atribut atau Karakteristik Inovasi
            Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri.Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Zaltman, Duncan, dan Holbek bahwa cepat lambatnya suatu inovasi diterima dan diikuti oleh masyarkat tergantung pada atribut atau karakteristik inovasi tersebut.
            Atribut atau karakteristik inovasi adalah salah satu hal yang penting dalam menjelaskan tingkat adopsi suatu inovasi. Dari 49 hingga 87 persen dari variasi dalam tingkat adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh lima atribut/karakteristik inovasi, yaitu keuntungan relatif,kompatibilitas, kompleksitas, trialabilitas, observabilitas.

2.5 Tipe Keputusan Inovasi
            Suatu inovasi yang diadopsi secara individual secara umum diadopsi lebih cepat dari pada suatu inovasi yang diadopsi oleh suatu kelompok. Semakin banyak orang yang terlibat dalam pembuatan keputusan nuntuk mengadopsi suatu inovasi maka tingkat adopsi akan semakin lambat. Artinya, kecepatan tingkat adopsi inovasi dalam rangka untuk membuat sebuah keputusan inovasi tergantung semakin sedikitnya individu yang terlibat.

2.6 Saluran-Saluran Komunikasi
            Saluran komunikasi merupakan suatu ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima.Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.
            Saluran-saluran Komunikasi biasanya digunakan untuk mendifusikan suatu inovasi, juga dapat mempengaruhi tingkat adopsi inovasi. Contohnya jika saluran interpersonal (dibandingkan saluran media massa) menciptakan kesadaran ilmu pengetahuan, sebagaimana seringkali terjadi pada pengadopsi selanjutnya, tingkat adopsi mereka terjadi secara lambat.
          Jika sebuah saluran komunikasi yang tidak pantas digunakan, melalui seperti media massa untuk ide-ide baru yang rumit/kompleks/sulit dipahami, hal ini akan mengakibatkan tingkat adopsi yang rendah.

2.7 Kondisi Sistem Sosial dan Peran Norma dalam Difusi Inovasi

            Sistem sosial merupakan berbagai unit yang saling berhubungan satu sama lain dalam tatanan masyarakat, dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Beberapa hal yang dikelompokkan sebagai bagian atau unit dalam sistem sosial kemasyarakatan antara lain meliputi : individu anggota masyarakat, tokoh masyarakat, pemimpin formal, kiai, kelompok tertentu dalam masyarakat. Kesemuanya secara nyata, baik langsung ataupun tak langsung mempengaruhi dalam proses difusi inovasi yang dilakukan.
            Skema variable tingkat adopsi inovasi di atas menunjukkan sifat dasar sistem sosial, seperti norma-norma masyarakat atau suatu sistem dan tingkat di mana struktur jaringan komunikasi saling berhubungan erat, juga mempengaruhi tingkat adopsi inovasi.
            Norma merupakan hal yang penting dalam proses difusi inovasi. Lebih jauh dalam kaitannya dengan sistem sosial, norma yang dianut oleh masyarakat dapat dipandang sebagai pengikat dan pengukuh pola prilaku masyarakat yang bersangkutan sesuai dengan kaidah sistem sosial yang berlaku.
            Dalam kadar tertentu norma yang dianut juga dapat dipandang sebagai standar dari suatu tatanan prilaku masyarakat yang diianut. Norma itu sendiri bisa bercirian budaya lokal, bernafas keagamaan, ataupun ciri khusus suatu masyartakat tertentu, yang memberi warna tersendiri terhadap sosial budaya masyarakat yang bersengkutan. Namun demikian, di sisi lain norma suatu sistem juga bisa berperan sebagai pengahalang atau barrirers suatu perubahan. Banyak contoh kasus inovasi yang terganggu atau mengalami daya tolak masyarakat (resistensi) karena faktor norma sosial yang dianut oleh masyarakat. Misal, di beberapa provinsi di India, banyak sapi peliharaan yang dianaggap suci sehingga tabu bagi masyarakat untuk menyembelihnya, padahal masyarakat yang bersangkutan umumnya rawan gizi daan rawan protein hewani. Inovasi yang dilakukan termasuk perubahan di bidang pendidikan, direncanakan dan diorganisasikan sedemikian rupa sesuai dengansocial system yang dianut. Yang dimaksud dengan sistem sosial dalam pendidikan misalnya : lembaga sekolah (dasar, menengah, dan pendidikan tinggi), masyarakat pendidikan, malahan mungkin menjamah sistem organisasi yang lebih luas lagi yang berkaitan langsung dengan layanan pendidikan seperti : Dewan Pendidikan di tingkat kabupaten/kota, dewan sekolah, organisasi profesi guru PGRI, dan sebagainya.

2.8 Upaya Promosi Perluasan Agen-Agen Perubahan
          Dalam sistem sosial, salah satu komponen penting adalah pemimpin pendapat (opinion leaders) dan agen perubahan. Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa difusi inovasi yang pada dasarnya sebagai penyebarluasan dari gagasan inovasi tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan mengunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu di antara anggota sistem sosial masyarakat. Oleh karena sistem sosial merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi, maka proses difusi inovasi tak senantiasa berjalan mulus, karena perbedaan latar belakang dan sistem sosial yang berlaku. Sering peran pemimpi pendapat (opinion leaders) sangat berpengaruh pada prilaku individu.
            Pemimpin pendapat adalah suatu tingkat dimana seorang individu dapat mempengaruhi individu yang lainnya atau mengatur prilaku individu lainnya secara tidak formal ke arah kondisi yang diharapkan, sesuai dengan norma yang berlaku. Sedangkan agen perubahan (change agent)merupakan individu yang bisa mempengaruhi pengambilan inovasi klien ke arah yang diharapkan para agent perubahan.
            
BAB III
KESIMPULAN
Adaptasi yang cepat dalam penerapan dan pengembangan teknologi memiliki karakteristik berupa tingkat penggunaan yang mudah, tingkat penerapan yang  tinggi dan aplikatif. Pengguna yang masuk kategori adopter cepat memiliki persepsi yang tinggi terhadap karakteristik inovasi keuntungan relatif dan observabilitas serta memiliki persepsi yang rendah terhadap karakteristik inovasi kompleksitas.
Status sosial ekonomi seperti dari pendidikan formal, tingkat pendapatan juga menjadi salah satu factor pengukur kecepatan adopsi pengguna/masyarakat dalam menerapkan teknologi dalam kehidupan. Persepsi mengenai sifat-sifat inovasi yang terdiri dari Keuntungan, kesesuaian, keteramatan dalam suatu teknologi menjadi kunci atau penunjang lain teknologi menjadi mudah dan cepat diterapkan dalam kehidupan. Banyaknya akses atau sumber informasi yang dimanfaatkan bisa menjadi jendela bagi pengguna atau masyarakat dalam mengetahui dan mengembangkan kembali teknologi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Sulaeman, Atang /Muchdie, dkk, 2005, Difusi Teknologi, Teori, Pendekatan, dan Pengalaman, PPKDT-BPPT: Jakarta

Taufik, A, Tatang, Sistem Inovasi Daerah, BPPT Press, Jakarta.

1 komentar:

  1. Borgata Hotel Casino & Spa Announces $330M Expansion
    Borgata Hotel 제주 출장마사지 Casino & Spa Announces 춘천 출장샵 $330M Expansion; “MGM 김천 출장마사지 to Expand Its 서산 출장샵 Casino In Atlantic City and Atlantic City 대구광역 출장마사지 With Borgata Hotel Casino & Spa.

    BalasHapus